RESUME BUKU FILSAFAT ILMU
Judul Buku :
Filsafat Ilmu
Penulis :
Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A
Penerbit :
PT. RajaGrafindo Persada
Tahun terbit :
2004
ISBN :
979-421-993-2
Cetakan ke :
13 (April 2014)
Tempat terbit :
Jakarta
Pendahuluan : 4
halaman
Halaman Isi :
250 halaman
Daftar Pustaka : 7
halaman
Data Penulis :
2 halaman
Topik/Isi Utama :
Filsafat Ilmu
Bab I : Ruang lingkup filsafat ilmu
Bab II : Sejarah Perkembangan ilmu
Bab III : Pengetahuan dan ukuran kebenaran
Bab IV : Dasar-dasar ilmu
Bab V : Sarana Ilmiah
Bab VI : Tantangan dan masa depan ilmu
HASIL KAJIAN
RESUME BAB I
Ruang Lingkup Filsafat Ilmu
Pada Bab I, penulis memuat tentang ruang lingkup filsafat
ilmu dengan memberikan gambaran tentang ilmu sebagai objek kajian filsafat.
Yang menitik beratkan pada pembahasan bahwa pada dasarnya, setiap ilmu memiliki
dua macam objek, yaitu objek material dan objek formal. Yang dimaksud objek
material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan, sedangkan objek
formal adalah metode untuk memahami objek material tersebut, seperti pendekatan
induktif dan deduktif. Objek material filsafat ada tiga bagian yaitu, yang ada
dalam alam empiris, pikiran, dan kemungkinan. Sedangkan objek formal adalah
sudut pandang menyeluruh, radikal, dan rasional tentang segala yang ada.
Pada halaman 4. Penulis mengkonstruksi pikiran pembaca
dengan pemahaman pengertian filsafat ilmu. Dimana Filsafat berasal dari bahasa
Yunani, philosophia atau philosophos. Philos atau philein
berarti teman atau cinta, dan shopia/shopos
kebijaksanaan, pengetahuan, dan hikmah atau berarti. Penjelasan selanjutnya
adalah kutipan-kutipan pengertian filsafat dari beberapa tokoh filosof seperti;
Phytagoras (572-497
SM) ditahbiskan sebagai orang pertama yang memakai kata philosopia yang
berarti pecinta kebijaksanaan (lover of wisdom) bukan
kebijaksanaan itu sendiri.
Plato (427-347 SM) mengartikannya sebagai ilmu pengetahuan
yang berminat mencapai kebenaran yang hakiki lewat dialektika.
Aristoteles (382–322 SM) mendefinisikan filsafat sebagai
pengetahuan tentang kebenaran.
Al-Farabi (870–950)
mengartikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan
hakekat alam yang sebenarnya.
Immanuel Kant (1724
–1804) mendefinisikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan
pangkal dari segala pengetahuan. Menurut kant ada empat hal yang dikaji dalam
filsafat yaitu: apa yang dapat manusia ketahui? (metafisika), apa
yang seharusnya diketahui manusia?(etika), sampai dimana harapan
manusia? (agama) dan apakah manusia itu? (antropologi).
Pada halaman 12, penulis menjelaskan pengertian ilmu. Menurut
penulis ilmu berasal dari bahasa arab Alima,
ya ‘lamu, ‘ilman dengan wazan fa’ila,
yaf’alu, yang berarti mengerti, memahami dengan benar. Selanjutnya mengutif
pendapat tentang defenisi ilmu dari tokoh-tokoh terkenal seperti:
Mohamad
Hatta, mendefenisikan ilmu
adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kasual dan suatu
golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari
luar, maupun menurut bangunannya dari dalam.
Ralph
Ross dan Ernest Van Den Haag,
mengatakan ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan sistematik, dan
keempatnya serentak.
Karl
Pearson, mengatakan ilmu
adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif dan konsisten tentang fakta
pengalaman dengan istilah yang sederhana.
Ashley
Montagau, ilmu adalah
pengetahuan yang disusun dalam suatu sistem yang berasal dari pengamatan, studi
dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang dikaji.
Harsojo,
ilmu adalah akumulasi
pengetahuan yang disistematiskan.
Selanjutnya pada halaman 17, penulis mencoba membuat
kesimpulan tentang filsafat ilmu merupakan kajian secara mendalam tentang
dasar-dasar ilmu, sehingga filsafat ilmu perlu menjawab beberapa persoalan ontologis, epistimologis, dan aksiologis
sebuah ilmu. Adapun yang menjadi persamaan mendasar filsafat dan ilmu adalah
keduanya memiliki metode dan sistem untuk sebuah rumusan yang sebaik-baiknya
untuk menjelaskan pengetahuan yang lebih mendasar. Sedangkan yang menjadi
perbedaannya adalah terletak pada objek material filsafat bersifat universal,
sedangkan ilmu bersifat khusus dan empiris. Disisi lain objek formal filsafat
bersifat non pragmentaris sedangkan ilmu bersifat pragmentaris.
HASIL KAJIAN
RESUME BAB II
Sejarah Perkembangan ilmu
Pada halaman 21, penulis mencoba merekonstruksi pemikiran
pembaca tentang landasan ilmu pada zaman yunani. Dimana pada zaman periode
filsafat yunani telah merubah peradaban dan pola pikir masyarakat yang
terpengaruh mitosentris mejadi logosentris. Pola pikir mitosentris sangat
mengandalakan mitos sebagai penyelesaian fenomena masalah-masalah alam. Perkembangan
filsafat pada zaman yunani ini selanjutnya dikenal sebagai peradaban baru umat
manusia. Fenomena alam dijawab bukan dengan mitos lagi, melainkan dengan
penyelidikan dan pengetahuan. Selanjutnya adalah penjelasan secara lebih
mendalam tentang pengertian filsafat dan lebih menekankan pada
pendapat-pendapat tokoh filosof seperti, Heraklitos, Thales, Pythagoras,
Socrates, Plato, dan Aristoteles.
Pandangan-pandangan tokoh filosof tersebut telah mengubah
pemahaman dunia hingga kini. Konsep-konsep mendasar juga dijelaskan secara
rinci, khususnya cara berpikir dalam menyelesaikan permasalahan dengan logika
deduktif yang digunakan untuk mengukur validitas sebuah pemikiran. Dan tokoh
terakhir dan sekaligus membagi filsafat pada dua kelompok yang utama yaitu
filsafat teoritis dan praktis. Dimana filsafat teoritis mencakup logika, meta
fisika, dan fisika, sedangkan yang praktis mencakup etika, ekonomi, dan
politik.
Selanjutnya penulis mengajak pembaca untuk mengenal
perkembangan ilmu pada zaman islam, yang mana berawal dari wahyu al-quran oleh
Allah kepada Muhamad. Pengaruh pikiran-pikiran filusof yunani ternyata
mempengaruhi perkembangan ilmu yang mendalam dan luas pada perkembangan islam
selanjutnya. Hal yang mendasar terkait dengan pandangan islam adalah dukungan
terhadap kaum intelektual dan sikap hormat mereka kepada ilmuan yunani tanpa
memandang agama mereka.
Pada pembahasan selanjutnya yang dimulai dari halaman 49
hingga halaman 84 penulis lebih menekankan pada perkembangan ilmu dari zaman
renaisans hingga ilmu modern. Zaman renaisans lebih menitik beratkan pada
perkembangan ilmu terkait sejarah keesaan dan supremasi agama Katolik Roma.
Tokoh-tokoh seperti Leonardo da Vinci (penemu percetakan), Columbus (penemu
benua baru), Copernicus (teori heliosentrisme) dan Ptolomeus (dengan teori
geosentrisme) menjadi pembahasan utama terkait penemuan mereka. Pembahasan yang
tidak kalah pentingnya adalah berbagai teori dan penemuan baru sebagai bentuk
perkembangan ilmu dalam mengenal tata surya dan planet yang ditemukan oleh
tokoh-tokoh terkenal seperti Galileo, Fermat, Pascal, dan Keppler.
Zaman modern ditandai dengan ditemukannya ilmu modern
yakni teori gravitasi, calculus dan optika yang selanjutnya dikenal sebagai
zaman perkembangan ilmu matematika, fisika dan astronomi. Pada periode
selanjutnya, ilmu kimia menjadi kajian yang sangat menarik yang dimulai dengan
logika, aksioma ataupun cara pandang deduksi.
Kemajuan perkembangan ilmu pada zaman kontemporer lebih
menekankan pembahasan pada aspek manusia dan kemanusiannya, contoh ilmu
kontemporer seperti priyayi, santri, dan abangan sebagai struktur sosial
masyarakat jawa. Disusul oleh perkembangan ilmu dalam bidang rekayasa genetika,
dan kini diiukuti oleh perkembangan ilmu dalam bidang teknologi informasi.
HASIL KAJIAN
RESUME BAB III
Pengetahuan dan ukuran kebenaran
Pada halaman 85 sampai dengan 129, penulis menekankan
konsep pengetahuan dan ukuran kebenaran dimana penulis merekonstruksi tentang
pengertian pengetahuan. Dalam Encyclopedia of Philosophy, pengetahuan
didefinisikan sebagai kepercayaan yang benar (knowledge is justified true
belief). Menurut Sidi Gazalba, pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil
pekerjaan mengetahui. Mengetahui itu hasil kenal, sadar, insaf, mengerti, benar
dan pandai. Pengetahuan itu harus benar, kalau tidak benar maka bukan
pengetahuan tetapi kekeliruan atau kontradiksi. Pengetahuan merupakan hasil
suatu proses atau pengalaman yang sadar. Pengetahuan (knowledge) merupakan
terminology generic yang mencakup seluruh hal yang diketahui manusia. Dengan
demikian pengetahuan adalah kemampuan manusia seperti perasaan, pikiran,
pengalaman, pengamatan, dan intuisi yang mampu menangkap alam dan kehidupannya
serta mengabstraksikannya untuk mencapai suatu tujuan.
Penulis juga membedakan 4 jenis pengetahuan, yaitu; Pengetahuan
biasa (common sense) yang digunakan
terutama untuk kehidupan sehari-hari, tanpa mengetahui seluk beluk yang sedalam-dalamnya
dan seluas-luasnya. Pengetahuan ilmiah atau Ilmu, adalah pengetahuan yang
diperoleh dengan cara khusus, bukan hanya untuk digunakan saja tetapi ingin
mengetahui lebih dalam dan luas mengetahui kebenarannya, tetapi masihberkisar
pada pengalaman. Pengetahuan filsafat, adalah pengetahuan yang tidak mengenal
batas, sehingga yang dicari adalah sebab-sebab yang paling dalam dan hakiki
sampai diluar dan diatas pengalaman biasa. Pengetahuan agama, suatu pengetahuan
yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat para Nabi dan Rosul-Nya. Pengetahuan ini
bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama.
Pada halaman 94 penulis menguraikan tentang hakekat
Pengetahuan dari sudut padang teori. Realisme,
teori ini mempunyai pandangan realistis terhadap alam. Pengetahuan adalah
gambaran yang sebenarnya dari apa yang ada dalam alam nyata. Idealisme, teori ini menerangkan bahwa
pengetahuan adalah proses-proses mental/psikologis yang bersifat subjektif.
Pengetahuan merupakan gambaran subjektif tentang sesuatu yang ada dalam alam
menurut pendapat atau penglihatan orang yang mengalami dan mengetahuinya.
Premis pokok adalah jiwa yang mempunyai kedudukan utama dalam alam semesta.
Ada beberapa pendapat tentang sumber pengetahuan antara
lain:
1.
Empirisme, menurut aliran ini manusia memperoleh
pengetahuan melalui pengalaman (empereikos = pengalaman). Dalam hal ini harus
ada 3 hal, yaitu yang mengetahui (subjek), yang diketahui (objek) dan cara
mengetahui (pengalaman). Tokoh yang terkenal: John Locke (1632 –1704), George
Barkeley (1685 -1753) dan David Hume.
2.
Rasionalisme, aliran ini menyatakan bahwa akal (reason)
merupakan dasar kepastian dan kebenaran pengetahuan, walaupun belum didukung
oleh fakta empiris. Tokohnya adalah Rene Descartes (1596 –1650, Baruch Spinoza
(1632 –1677) dan Gottried Leibniz (1646 –1716).
3.
Intuisi. Dengan intuisi, manusia memperoleh pengetahuan
secara tiba-tiba tanpa melalui proses pernalaran tertentu. Henry Bergson
menganggap intuisi merupakan hasil dari evolusi pemikiran yang tertinggi,
tetapi bersifat personal.
4.
Wahyu adalah pengetahuan yang bersumber dari Tuhan
melalui hambanya yang terpilih untuk menyampaikannya (Nabi dan Rosul). Melalui
wahyu atau agama, manusia diajarkan tentang sejumlah pengetahuan baik yang
terjangkau ataupun tidak terjangkau oleh manusia.
Ada 4 teori kebenaran: yaitu teori Korespondensi, Teori
Koherensi, Teori Pragmatisme, dan Teori Kebenaran Illahiah atau agama. Ketiga
teori pertama mempunyai perbedaan paradigma. Teori koherensi mendasarkan diri
pada kebenaran rasio, teori korespondensi pada kebenaran faktual, dan teori
fragmatisme fungsional pada fungsi dan kegunaan kebenaran itu sendiri. Tetapi
ketiganya memiliki persamaan. Yaitu pertama, seluruh teori melibatkan logika,
baik logika formal maupun material (deduktif dan induktif), kedua melibatkan
bahasa untuk menguji kebenaran itu, dan ketiga menggunakan pengalaman untuk
mengetahui kebenaran itu. Ada tiga jenis kebenaran yaitu: kebenaran
epistemology (berkaitan dengan pengetahuan), kebenaran ontologism (berkaitan
dengan sesuatu yang ada atau diadakan), dan kebenaran semantic (berkaitan
dengan bahasa dan tuturkata).
HASIL KAJIAN
RESUME BAB IV
Dasar-Dasar Ilmu
Pada halaman 131 sampai dengan 174 penulis memberikan
gambaran tentang dasar-dasar ilmu yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu
itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan
ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana
(yang) “Ada” itu (being Sein, het zijn).
Paham monisme yang terpecah menjadi idealisme atau spiritualisme, Paham dualisme,
pluralisme dengan berbagai nuansanya, merupakan paham ontologik yang pada
akhimya menentukan pendapat bahkan keyakinan kita masing masing mengenai apa
dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang kita cari.
Epistemologi ilmu meliputi
sumber, sarana, dan tatacara mengunakan sarana tersebut untuk mencapai
pengetahuan (ilmiah). Perbedaan mengenal pilihan landasan ontologik akan dengan
sendirinya mengakibatkan perbedaan dalam menentukan sarana yang akan kita
pilih. Akal (Verstand), akal budi (Vernunft) pengalaman, atau komunikasi
antara akal dan pengalaman, intuisi, merupakan sarana yang dimaksud dalam
epistemologik, sehingga dikenal adanya model model epistemologik seperti:
rasionalisme, empirisme, kritisisme atau rasionalisme kritis, positivisme, fenomenologi
dengan berbagai variasinya. Ditunjukkan pula bagaimana kelebihan dan kelemahan
sesuatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) itu
seped teori ko-herensi, korespondesi, pragmatis, dan teori intersubjektif.
Akslologi llmu meliputi
nilal nilal (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap
kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang
menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik atau pun
fisik material. Lebih dari itu nilai nilai juga ditunjukkan oleh aksiologi ini
sebagai suatu conditio sine qua non
yang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam melakukan penelitian maupun
di dalam menerapkan ilmu.
HASIL KAJIAN
RESUME BAB V
Sarana Ilmiah
Pada halaman 175 sampai dengan 222 penulis memberikan
gambaran tentang sarana ilmiah untuk mendapatkan ilmu. Sarana ilmiah yang
dimaksud yaitu Bahasa, matematika, dan logika.
Bahasa sangat berpengaruh terhadap
perkembangan ilmu, dan sekaligus bahasa membedakan manusia dengan ciptaan Tuhan
yang lainnya. Bahasa, adalah alat komunikasi verbal yang digunakan dalam
seluruh proses berpikir ilmiah, dimana bahasa adalah alat komunikasi untuk
menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Dalam penjelasan lebih
lanjut mengenai bahasa simbol dalam memperoleh pengetahuan.
Matematika sangat
berperan penting dalam berpikir ilmiah. Matematika sebagai bahasa yang
melambangkan serangkaian makna baik dalam ranah berpikir deduktif maupun induktif.
Fungsi matematikan adalah proses pengujian sesuatu dalam kegiatan ilmiah
mengharuskan kita menguasai metode penelitian ilmiah yakni mengumpulkan fakta
untuk mendukung atau bahkan menolak hipotesis yang telah direncanakan
sebelumnya. Lambang-lambang matematika bersifat artifisial (buatan) yang baru
mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan padanya.
Logika adalah sarana
untuk berpikir sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Ilmu
merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan berpikir induktif yang keduanya
merupakan kajian logika. Cara menggunakan logika adalah berpikir benar dengan
mencintai kebenaran, menyadari dengan apa yang sedang dilakukan, menyadari
dengan benar apa yang sedang dikatakan, membuat perbandingan dan pembagian yang
benar, membuat kesimpulan dengan benar.
HASIL KAJIAN
RESUME BAB VI
Tantangan dan Masa Depan Ilmu
Pada halaman 223 sampai dengan 245 penulis memberikan
gambaran tentang tantangan dan masa depan ilmu yang dimulai dari cara pandang
kekhawatiran akan kemajuan ilmu dan krisis kemanusian. Kemajuan dan pesatnya
ilmu serta pemnafaatan teknologi cangih yang tidak tepat sasaran menjadi
kekhawatiran tersendiri terhadap keberlangsungan hidup dan kehidupan manusia.
Krisis kemanusian tidak hanya terjadi akibat teknologi semata, melainkan
pemahaman akan konsep ideologi, dan gagasan yang tidak utuh terhadap suatu hal.
Gerakan emensipasi yang mendorong wanita sebagai pekerja dan dipersamakan
dengan laki-laki, sehingga disisilain ada lelaki yang susah mendapatkan pekerjaan
dan hal ini memicu terjadinya degradasi moral dan tindak kriminal.
Pada bab VI juga dijelaskan tentang bahaya pemanfaata
teknologi yang tidak tepat guna, dan bahkan disalahgunakan untuk memenuhi
egoisme individu atau kelompok tertentu. Penyadaran terhadap bahaya
penyalahgunaan dan pemamfaatan ilmu bagi keberlangsungan hidup manusia dan
kemanusiannya sangat perlu untuk dikumandangkan, terutama kepada penguasa yang
memiliki otoritas dalam mengambil kebijakan.
Etika global sangat perlu dirumuskan secara bersama-sama karena dampak
dari krisis penyalahgunaan pemamfaatan teknologi akan berpengaruh terhadap
kehidupan di dunia.
Komentar
Posting Komentar