TARI GANESHA WARADHANA


PEMENTASAN TARI GANESHA WARADHANA
DI SD BALI PUBLIC SCHOOL
(Sebuah Kajian Satyam, Sivam, dan Sundaram)


O L E H  
KOMANG EDI PUTRA



BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Seniman Bali yang beragama Hindu berkesenian atas dasar konsep ngayah, baik kepada masyarakat maupun kepada Tuhan, selalu melibatkan unsur-unsur ritual dalam setiap aktivitas berkesenian mereka untuk menjaga kesucian karya seni yang dihasilkan. Bagi masyarakat Hindu Bali kesejahteraan lahir dan batin dapat diraih (Moksrtham jagaddhita), apabila masyarakat itu dengan konsekuen melaksanakan konsep-konsep utama agama Hindu yang dilandasai Satyam (kebenaran), Sivam (kesucian), dan Sundaram (keindahan).
Pandangan masyarakat Hindu terhadap estetika, dalam hal ini khususnya Satyam (kebenaran), Sivam (kesucian), dan Sundaram (keindahan) yang bersumber dari ajaran weda merupakan unsur yang paling dominan dalam estetika masyarakat Bali sekaligus roh budaya masyarakat Bali. Setiap kreativitas budaya Bali, termasuk kesenian, tidak akan bisa lepas dengan ikatan-ikatan nilai luhur budaya Bali, terutama nilai-nilai estetika yang bersumber dari ajaran dalam agama Hindu. Estetika Hindu pada intinya merupakan cara pandang mengenai rasa keindahan (lango) yang diikat oleh nilai-nilai agama Hindu yang didasarkan atas ajaran-ajaran kitab suci weda. Ada beberapa konsep yang menjadi landasan penting dari estetika Hindu seperti: konsep Satyam (kebenaran), Sivam (kesucian), dan Sundaram (keindahan). Estetika menurut Hindu, berkaitan dengan prinsip-prinsip ke-Tuhanan.
Tari Ganesha Wardahana adalah sebuah tarian kreasi baru yang diciptakan sebagai bentuk perpaduan antara kultur sekolah dalam konteks pendidikan humanis yang kekinian dan kedisinian. Kekinian maksudnya adalah penerapan unsur gerak tarian Genesa Waradhana adalah mencerminkan kondisi anak-anak yang sedang menuntut ilmu pengetahuan di SD Bali Public School, dan Kedisinian maksudnya bahwa kondisi real anak-anak saat menuntut ilmu dipersonifikasikan sebagai upaya proses pendidikan pada zaman dahulu dan dikaitakn dengan konteks yang pendidikan yang ada saat ini.
Menyimak penjelasan singkat tersebut, maka penulis tertarik mengkaji lebih jauh tentang pementasan Tari Ganesha Waradhana sebagai sebuah ide kreatif sekolah dalam mengupayakan dan mempertahankan eksistensi seni sebagai bagian dari estetika ajaran agama Hindu, yang dalam hal ini khusus mengkaji unur-unsur Satyam (kebenaran), Sivam (kesucian), dan Sundaram (keindahan) dalam tarian dimaksud.

1.2    Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan menjadi fokus pembahasan adalah sebagai berikut:
1.2.1   Bagaimanakah sejarah awal tari Ganesha Waradahana?
1.2.2   Seperti apakah hubungan estetika dari pementasan Tari Ganesah Waradahana dengan kultur sekolah?
1.2.3   Bagaimanakah konsep Satyam, Sivam, Sundaram dalam Pementasan Tarian Ganesha Waradhana?

1.3    Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan paper ini adalah sebagai berikut:
1.3.1   Tujuan Umum
1.3.1.1  Dapat mengetahui sejarah awal tari Ganesha Waradahana.
1.3.1.2  Dapat mengetahui hubungan estetika dari pementasan Tari Ganesah Waradahana dengan kultur sekolah.
1.3.1.3  Dapat mengetahui konsep Satyam, Sivam, Sundaram dalam Pementasan Tarian Ganesha Waradhana.
1.3.2   Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan paper ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Estetika Hindu oleh bapak Dr. Drs. I Nyoman Linggih, M.Si selaku dosen pembimbing pada Program Pasca Sarjana (S2) IHDN Denpasar.

1.4    Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diharapkan dapat diambil dari penulisan paper ini adalah sebagai berikut:
1.4.1        Sebagai tambahan khasanah keilmuwan yang dimiliki khususnya dapat mengerti dan memahami sejarah awal tari Ganesha Waradahana.
1.4.2        Sebagai tambahan khasanah keilmuwan yang dimiliki khususnya dapat mengerti dan memahami hubungan estetika dari pementasan Tari Ganesah Waradahana dengan kultur sekolah.
1.4.3        Sebagai tambahan khasanah keilmuwan yang dimiliki khususnya gambaran awal konsep Satyam, Sivam, Sundaram dalam Pementasan Tarian Ganesha Waradhana.

  
BAB II
LANDASAN KONSEP

2.1  Konsep Tari Ganesha Waradhana
Tari adalah gerak tubuh secara berirama yang dilakukan di tempat dan waktu tertentu untuk keperluan pergaulan, mengungkapkan perasaan, maksud, dan pikiran. Bunyi-bunyian yang disebut musik pengiring tari mengatur gerakan penari dan memperkuat maksud yang ingin disampaikan.
Tari adalah ungkapan perasaan jiwa manusia yang diungkapkan melalui gerak ritmis yang indah dan diiringi musik. Menurut manfaatnya tari dibedakan menjadi 2 yaitu sebagai hiburan dan komunikasi.  Tari merupakan alat ekspresi ataupun sarana komunikasi seseorang seniman kepada orang lain (pennton/penikmat). Sebagai alat ekspresi tari mampu menciptakan untaian gerak yang dapat membuat penikmatmya peka terhadap sesuatu yang ada dan terjadi di sekitarnya. Sebab, tari adalah sebuah ucapan, pernyataan dan ekspresi daam gerak yang memuat komentar-komentar mengenai realitas kehidupan yang bias merasuk di benak penikmatnya setelah pertunjukan selesai.
Tari merupakan alat komunikasi Adalah tari melalui ruang gerak dan waktumembawa misi misi untuk disampaikan kepada penontonnya. Menari merupkan keterampilan kusus, bahkan bakat itu menentukan kualitas tarinya. Namun, demikian bukan berarti bahwa seseorang yang kurang berbakat tida mempunyai peluang untuk menjadi penari yang berkulitas. Karena semua ketrampilan bias dipelajari, dilatih, dan dibiasakan.
Pengertian tari kreasi baru adalah tari klasik yang diaransemen dan dikembangkan sesuai perkembangan zaman, namun tetap mempertahankan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Tari kreasi baru umumnya diciptakan oleh para pakar tari.
Dalam konsep tari sebagaimana dimaksud, bahwa taria Ganesha Waradhana adalah jenis tari kreasi baru yang diciptakan oleh Kepala SD Bali Public School dengan konsep pendidikan humanisme dan dipentaskan untuk pertama kalinya pada acara pembukaan Exebhition dalam rangka hari sumpah pemuda pada tanggal, 28 Oktober 2016.

2.2  Konsep Estetika
Estetika sering dihubungakan dengan sesuatu yang berbau seni karena mengandung keindahan yang dapat dipandang. Sejak kemunculannya estetika selalu digunakan untuk mengutarakan bahasa filsafat terhadap karya seni. Namun pada kenyataanya seni tidak hanya dipandang sebagai sesuatu yang indah sehingga harus ada bidang yang digunakan untuk menjawab hakekat seni sebenarnya yaitu filsafat seni.
Kata estetika sendiri berakar dari bahasa latin “aestheticus” atau bahasa Yunani “aestheticos” yang merupakan kata yang bersumber dari istilah “aishte” yang memiliki makna merasa. Estetika dapat didefinisikan sebagai susunan bagian dari sesuatu yang mengandung pola, dimana pola tersebut mempersatukan bagian-bagian yang membentuknya dan mengandung keselarasan dari unsur-unsurnya, sehingga menimbulkan keindahan. Dari hal tersebut dapat diartikan bahwa esetetika  menyangkut hal perasaan seseorang, dan perasaan ini dikhususkan akan perasaan yang indah. Nilai indah yang dimaksudakan tidak hanya semata-mata mendefinisikan bentuknya tetapi bisa juga menyangkut keindahan dari isi atau makna yang terkandung didalamnya.
Estetika adalah salah satu cabang filsafat yang membahas keindahan. Istilah estetika sangat dekat dan erat hubungannya dengan kata seni, pada saat yang sama para ahli banyak yang mengkategorikan kedua hal tersebut kedalam definisi yang sama, akan tetapi tidak sedikit yang menyatakan bahwa estetika adalah sebuah bentuk dari keindahan yang berbeda dengan istilah seni
Estetika sebagai salah satu bidang yang merupakan pengetahuan dianggap dan dipandang penting untuk dipelajari, terutama bagi mereka yang berkecimpung atau menggeluti dunia seni, baik sebagai praktisi maupun sebagai pengamat atau kritikus. Ada beragam manfaat yang akan dimiliki oleh pegiat seni ketika sudah mempelajari estetika, baik itu secara langsung ataupun tidak langsung. Berikut merupakan manfaat yang dapat diperoleh setelah mempelajari bidang ini di antaranya:
·         Estetika dapat memperdalam pengertian tentang rasa indah pada umumnya dan tentang kesenian pada khususnya. Orang yang belajar estetika akan secara langsung dapat memahami definisi tentang perasaan indah yang dimaksudkan.
·         Estetika bisa memperluas pengetahuan dan penyempurnaan pengertian tentang unsur-unsur objektif yang membangkitkan rasa indah pada manusia dan faktor-faktor objektif yang berpengaruh kepada pembangkitan rasa indah tersebut.
·         Estetika juga dapat memperluas pengetahuan dan penyempurnaan pengertian tentang unsur-unsur subjektif yang berpengaruh terhadap kemampuan menikmati rasa indah.
·         Estetika bisa memperkokoh rasa cinta kepada kesenian dan kebudayaan bangsa pada umumnya serta mempertajam kemampuan untuk mengapresiasi (menghargai) kesenian dan kebudayaan bangsa.
·         Mempelajari ilmu estetika dikemudian hari akan memupuk kehalusan rasa pada umumnya.
·         Estetika dapat memperdalam pengertian keterkaitan wujud berkesenian dengan tata kehidupan, kebudayaan, dan perekonomian masyarakat yang bersangkutan.
·         Memantapkan kemampuan menilai karya seni yang secara tidak langsung mengembangkan apresiasi seni di dalam masyarakat pada umumnya.
·         Estetika dapat memantapkan kewaspadaan atas pengaruh-pengaruh negatif yang dapat merusak mutu kesenian dan berbahaya terhadap kelestarian aspek-aspek dan nilai-nilai tertentu dari kebudayaan kita.
·         Estetika bisas secara tidak langsung, dengan bobot yang baik, yang dibawakan kesenian, dapat memperkokoh masyarakat dalam keyakinan akan kesusilaan, moralitas, perikemanusiaan, dan ketuhanan.
·         Belajar estetika pada mulanya akan melatih diri berdisiplin dalam cara berfikir dan mengatur pemikiran secara sistematis, membangkitkan potensi untuk berfalsafah yang akan memberikan kemudahan dalam menghadapi segala permasalahan, memberi wawasan yang luas dan bekal bagi kehidupan spiritual dan psikologi kita.
Penjelasan di atas merupakan barbagai macam manfaat bagi seseorang jika mempelajari tentang estetika, pada khususnya untuk pada pegiat seni. Sedangkan yang dimaksud estetika dalam pementasan tarian Ganesa Waradhana di SD Bali Public School adalah gerak tubuh, arasemen gamelan music dan juga pakaian yang merupakan unsur-unsur seni dari pementasannya.
  
2.3  Konsep Satyam, Sivam, dan Sundaram
Satyam adalah kebenaran, implementasi Satyam/kebenaran adalah tidak dapat dengan cara paksaan terlebih dengan cara yang tidak benar. Melaksanakan kewajiban (sva-darma) baik sebagai guru maupun sebagai siswa, dengan sadar dan keterpanggilan dari dalam jauh akan menciptakan kesucian/sivam itu sendiri. Aktivitas atas dasar kesucian sudah pasti akan bermuara pada kerahayuan, keharmonisan serta yang terpenting spirit agama dalam mempermulia hidup tetap dapat dikobarkan.
Gerakan tarian ini dilakukan dengan menurunkan lutut (ngagem). Aspek satyam (kebenaran) dalam gerakan ini ada dalam berbagai literature tentang tata cara menari dan setiap tarian harus dimulai dari dasar-dasar tari yakni, Agem, Tandang, Tangkep.
Aspek Sivam (kesucian) dalam gerakan tarian Ganesha Waradhana ini adalah terletak dalam mantra yaitu “Om Ganesha Ya Namaha” yang artinya penghormatan pada Dewa Ganesha yang bergerak melintasi ayah dan ibundanya yang diucapkan pada saat melakukan gerakan atau pose tarian dimana pada gerakan kelima.
Sedangkan aspek Sundaram (keindahan) dalam gerakan tarian Ganesha Waradhana ini terletak pada penempatan posisi masing-masing penari yang berbentuk lingkaran dengan Ganesha berada ditengah-tengah yang diibaratkan simbol gunung, dan pandangan mata terfokus pada tatapan masa depan, selain itu koreo gerakan yang dipadupadankan dengan pakaian dan aksesoris yang memang membuat suana keindahan tersendiri.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1    Sejarah Tari Ganesha Waradahana
Ganesa Waradhana adalah tarian yang diwujudkan dari hasil kreasi seni dan pemikiran untuk memadupadankan antara unsur-unsur olah jiwa, olah rasa, dan olah tubuh atau Yoga dalam bentuk kesatuan gerakan yang seimbang dan penuh makna. Dimana dalam arti katanya Ganesa yang berarti memiliki nasib baik atau keberuntungan baik, dan Waradhana yang berarti memiliki pengaruh dengan pancaran kasih kebijaksanaan dan keteguhan hati.
Rangkaian gerakan awal tarian Ganesa Waradhana adalah salam penghormatan “Namaskar”, yang berarti menghormati jiwa-jiwa yang ada di dalam setiap mahluk hidup, selanjutnya gerakan inti mengisahkan kehidupan seseorang yang haus akan pengetahuan, kebenaran, dan kebijaksanaan. Pada akhir tarian adalah puja kepada Ganesa sebagai wujud simbolis penghormatan kepada yang maha Pencipta yang telah memberikan kita ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan.
Dikisahkan demikian...
Pada suatu hari, adalah seseorang yang ingin mencari pengetahuan sejati akan kebenaran dan kebijaksanaan. Namun ia pun menyadari bahwa sesungguhnya kebenaran dan kebijaksanaan yang dicarinya tersebut sesungguhnya ada dalam dirinya sendiri. Dia mulai terjaga dan tersadar, dan ketika terbangun ia menunjukan kewibawaannya, berpengaruh dengan pancaran kasih kebijaksanaan dan keteguhan hatinya. Ia lalu memancarkan kegembiraan dan kecerian kepada seluruh alam semesta jagad raya ini. Kemudian ia mulai menyebarkan ilmu pengetahuan, kebenaran, dan kebijaksanaannya kepada mereka yang mencari pengetahuan, kebenaran, dan kebijaksanaan itu. Akhirnya ia di cintai, di puja, di hormati, di jadikan guru dan disayangi  oleh seluruh insan dan mahluk dimuka bumi ini.
Tari Ganesa Waradhana timbul dari sebuah ide dan gagasan warung kopi.  Kepala SD Bali Public School  Komang Edi Putra, S.Ag saat itu sedang membaca artikel tentang mengapa umat Hindu memuja Ganesha. Dalam ide terlintas dan dibahas bersama beberapa guru dan wakil kepala sekolah, yang selanjutnya dibahas bersama ketua dan anggota komite SD Bali Public School, dan dalam kesempatan tersebut disepakati mengeluarkan anggaran dari dana Oprasional Penjaminan Mutu sekolah. Adapun Garapan Tari Oleh:
Penanggung jawab                   : Kepala SD Bali Public School
Pendanaan                                  : Yayasan Ananda Vidya Bali dan
  Komite SD Bali Public School
Skenario dan Ilustrasi               : Komang Edi Putra, S.Ag
Koreo gerakan dan pelatih      : Pande Made Ari Suarjana, S.Pd
Musik/tabuh                             : I Komang Erik Hardianta, S.Sn
Pelaksana Teknis                      : Pande Putu Artha Darsana, S.Pd
Nama dan Setting                      : I Gusti Lanang Suardana, S.Pd

3.2    Hubungan estetika dari pementasan Tari Ganesah Waradahana dengan kultur sekolah.
SD Bali Public School merupakan salah satu satuan pendidikan dasar yang terletak di kelurahan Sumerta Kelod, Kecamatan  Denpasar Timur, Kota Denpasar, Provinsi Bali. SD Bali Public School berada pada tempat yang strategis karena terletak dengan pusat pemerintahan provinsi Bali, yakni terletak di sebelah utara Kantor Gubernur yang memiliki jalur cukup ramai, membuat sekolah ini sangat mudah mengakses informasi terutama jaringan komunikasi (telepon, HP, radio, televisi, maupun internet). Sampai dengan saat ini, SD Bali Public School juga telah berlangganan media cetak baik Koran, majalah, tabloid dan lain-lain.
SD Bali Public School didukung oleh penduduk kelurahan sumerta kelod yang tinggal di sekitar lokasi sekolah dan penduduk yang tersebar di wilayah Kota Denpasar, Gianyar, Badung dan Tabanan. Prediksi jumlah siswa yang akan tercatat pada tahun 2016/2017 adalah 400 (Empat ratus) orang terdiri dari 18 (delapan belas) rombel. Hal tersebut berdasarkan asumsi jika 49 (empat puluh sembilan) orang siswa yang telah berhasil tamat pada tahun pembelajaran 2015/2016, dan siswa kelas 1 (satu) yang akan diterima sebanyak 85 (delapan puluh lima) orang. Asumsi tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa jumlah siswa pada SD Bali Public School mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Beberapa penyebab yang dapat dicatat adalah (1) meningkatnya arus urbanisasi ke kota, (2) meningkatnya prestasi SD Bali Public School sehingga menjadi favorit bagi orang tua siswa dan (3) kondisi sekolah yang sangat strategis dan memiliki lahan parkir yang luas.
Keadaan sosial ekonomi orang tua siswa sangat heterogen, dari masyarakat ekonomi lemah sampai pada masyarakat ekonomi kuat. Demikian pula perhatiannya untuk pendidikan. Dari 400 (Empat ratus) orang tua siswa  dari kelas I s.d VI, sebanyak 25 % orang yang memiliki pekerjaan sebagai PNS/TNI-POLRI, 30% pegawai swasta, dan sisanya sebanyak 45%sebagai wiraswasta yang sukses. Kemampuan masyarakat untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan pada SD Bali Public School secara financial sangat baik. Keadaan sosial ekonomi masyarakat yang sangat baik, selain berpengaruh kepada roda penyelenggaraan pendidikan secara langsung, berpengaruh pula kepada intensitas kegiatan belajar siswa di rumah.
SD Bali Public School Denpasar merupakan SD imbas yang gugus intinya berada di SD Negeri 29 Dangin Puri dengan nama Gugus Ki Hajar Dewantara. Keberadaannya sebagai SD imbas mau atau tidak mau harus memberi keteladanan dan berperan aktif kegiatan di tingkat gugus.  Dampak dari hal tersebut SD Bali Public School yang harus berjuang agar mampu menjalankan tugas dan fungsinya, dan sesungguhnya SD Bali Public School sampai saat ini sudah cukup dan berperan dalam memajukan pendidikan di Kota Denpasar.
Sampai dengan saat ini SD Bali Public School memliliki 1 (satu) unit gedung memiliki tiga lantai yang menjadi satu kesatuan dengan rincian ;  Luas lahan SD Bali Public School Denpasar adalah ± 32,2 are yang terdiri dari halaman parkir, bangunan yang menjadi satu, Ruangan Belajar 23 ruangan, ruang guru 1 ruangan, 1 ruangan Kepala sekolah, 1 ruangan Wakasek, 1 ruangan TU, 1 ruangan Perpustakaan, 1 post Satpam, 1 Kantin, 1 dapur, 2 bagian ruangan toilet yang masing-masing bagian ruangan dibedakan antara putra sebanyak 12 ruangan dan putri sebanyak 12 ruangan. Untuk menjaga keamanan, SD Bali Public School memiliki tempat parkir mobil khusus dan membangun  sebuah tempat parkir sepeda motor dengan kapasitas ± 100 (seratus) unit serta sebuah lapangan berukuran 30 X 35 m. Dalam rangka meningkatkan penghayatan keyakinan terhadap Tuhan, sesuai dengan mayoritas pendukuknya (98%) umat Hindu maka SD Bali Public School membangun sebuah padmasana dengan pelataran seluas 6 X 4 meter.
Dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran, sampai dengan saat ini SD Bali Public School berupaya meningkatkan sarana pendidikan. Semua kelas telah didukung dengan perangkat ICT (LCD projector, Laptop, Layar, dan sejumlah CD pembelajaran). Sebuah perpustakaan yang telah dikelola sedemikian rupa dengan jumlah buku mencapai lebih dari 4.000 (Empat ribu) judul buku serta lebih dari 16.000 (Enam belas  ribu) eksemplar meliputi  buku referensi untuk guru, manajemen, karya guru, buku-buku fiksi, referensi untuk siswa, penunjang, ensiklopedia, atlas, kamus, maupun buku-buku pegangan pokok. Selain itu perpustakaan SD Bali Public School memiliki bahan pustaka berupa globe, bola langit, KIT IPA, KIT Matematika, peta, dan alat belajar lain dalam jumlah yang cukup.
SD Bali Public School Denpasar  adalah salah satu Satuan Pendidikan yang bernaung di bawah Yayasan Ananda Vidya Bali berdiri sejak tahun 2005 dengan ijin operasional  Nomor: 421.201/120/ DIKBUD. Tentang Ijin Pendirian dan Operasional Sekolah Dasar Bali Public School Kecamatan Denpasar Timur Kota Denpasar. Tertanggal 28 September 2007. SD Bali Public School telah terakreditasi dengan nilai akredetasi A.
Berikut ini beberapa kelebihan/keunggulan SD Bali Public School Denpasar;
1.  Unggul dalam pelaksanaan proses KBM
SD Bali Public School unggul dalam pelaksanaan proses KBM karena disetiap ruang kelas sudah disediakan media LCD Projector dan beberapa alat peraga serta pendukung pembelajaran secara multi media. Selain menggunakan Kurikulum Nasional yakni Kurikulum 2013 dengan pendekatan proses pembelajaran melalui 5M (mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi dan mendemonstrasikan) SD Bali Public School juga menggunakan Kurikulum Plus yakni; English (Bhs. Inggris Luar Negeri), Mathematics (Matematika dalam Bahasa Inggris), Science ( IPA dalam Bahasa Inggris), Moral Science (Budi Pekerti dalam Bahasa Inggris), Yoga dan Moral Science (Pelajaran Khusus untuk melatih peningkatan konsentrasi dan melatih kesehatan fisik, mental dan spiritual), Computer (pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi yang diberikan dari Kelas 1 s.d 6 dan tempat belajarnya di Lab. Computer).
2.  Unggul dalam Sarana dan Prasarana KBM
SD Bali Public School unggul dalam Sarana dan Prasarana KBM karena dilengkapi dengan; setiap ruangan full AC, sehingga menciptakan suasana nyaman ketika belajar, tersedia ruang kantin siswa dan kantin orang tua khusus, tersedia tempat makan siswa secara khusus, Sarana Transportasi yang memberikan kemudahan bagi orang tua untuk antar jemput siswa, Pelayanan Perpustakaan Tenaga Khusus, Buku Komunikasi Orang Tua (Diary Book), pelayanan media komunikasi melalui acoount Face book (www.facebook.com/pages/SD-Bali-Public-School/1448842918730454), informasi dan kegiatan sekolah melalui website sekolah (www.bpsjani.blogspot.com), Informasi update terbaru wali kelas, dan kegiatan sekolah melalui pesan Blackberry massenger yang dimiliki oleh masing-masing wali kelas, menyediakan Pelajaran Agama untuk semua agama yang diakui di Indonesia, Ruang Yoga/Meditasi Khusus, Ruang Praktek (Laboratorium) IPA Khusus, Ruang Seni Lukis Khusus, Ruang Seni Musik Khusus, Ruang Lab. Komputer Khusus. Ruang Seni Tari Khusus, setiap ruang kelas dilengkapi LCD Projector.
3.  Unggul dalam Tenaga Pendidik dan Kependidikan
SD Bali Public School unggul dalam Tenaga Pendidik dan Kependidikan, yang mana rata-rata tenaga pengajar (Guru) SD Bali Public School masih dalam usia produktif (masih muda) sehingga lebih cekatan dan lebih cepat dalam menyelesaikan permasalahan dan tugas-tugas yang diberikan. Staf pengajar 100% adalah alumni S1 kependidikan dan Sebanyak 4 orang guru merupakan Magister (S2) dan 3 sedang menempuh pendidikan S2, tersedia dua orang staf TU, staf pustakawan khusus, staf cleaning service khusus, staf maintenance khusus, staf satpam khusus, staf receptionist khusus, dan staf accounting khusus.Dengan kondisi ini keberadaan PTK pada SD Bali Public School sudah memadai baik jumlah maupun kompetensinya.
4. Unggul dalam Lingkungan Belajar
 Saat ini SD Bali Public School memiliki alam lingkungan sebagai sumber belajar selain sejumlah buku atau media pendidikan yang telah terurai di atas. Beranjak dari keadaan lingkungan dan aktivitas keseharian masyarakat pendukungnya, beberapa hal yang layak dijadikan pertimbangan sebagai bahan pembelajaran antara lain materi entrepreneurship, keterampilam melukis, keterampilan olah vocal, tari bali, dan sebagai potensi keunggulan lokal, serta pembelajaran komputer dan bahasa Inggris sebagai keunggulan global. Dalam pelaksanaannya, semua pembelajaran itu diselenggarakan sesuai dengan kemampuan dan dukungan yang diperoleh dari berbagai pihak. Pelaksanaannya diselenggarakan melalui mata pelajaran yang terintegrasi dan melalui pengembangan diri (ekstrakurikuler).
5. Unggul dalam program pengembangan pendidikan karakter
5.1  Program Five Principles Of Morality; NO HARMING (don’t  hurt anyone), SPEAK THE TRUTH (don’t tell a lie), NO STEALING (don’t take anything without permission), UNIVERSAL LOVE (love everybody love everything), BE HUMBLE (don’t be greedy). Program ini dilaksanakan rutin setiap hari, pengawasan dilakukan secara bersama-sama oleh dewan guru.
5.2  Program 5 S yaitu SENYUM (smile to everyone), SALAM (say greeting for everyone), SAPA (don’t forget to ask about your family, teachers and friends’ condition), SOPAN (be a polite person), SANTUN  (be courtesy to everyone). Program ini dilaksanakan rutin setiap hari, pengawasan dilakukan secara bersama-sama oleh dewan guru.
5.3  Program TTM yakni Terpaksa (do good things everyday), Terbiasa (maintain cleanliness), dan Membudaya (do good habit). Program ini dilaksanakan rutin setiap hari, pengawasan dilakukan secara bersama-sama oleh dewan guru.
5.4  Program ACMI (Aku Cinta Masakan Ibu) yang bertujuan agar siswa selalu BERSYUKUR (membiasakan siswa untuk selalu bersyukur atas segala limpahan rezeki atas berkat, rahmat dan karunia Tuhan kepada diri dan keluarganya tercinta), MENCINTAI (menumbuhkan karakter siswa untuk belajar menghargai dan mencintai karya ibundanya sebagai bagian dan interprestasi hasil dan proses belajar di sekolah), BERBHAKTI (memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk turut serta membantu orang tua mereka di rumah agar mengimplementasikan pemahaman sikap keagamaan dalam wujud taat dan bhakti kepada orang tuanya). Dan BERKEMBANG (turut serta mengupayakan agar pertumbuhan dan perkembangan siswa selalu stabil dalam hal fisik, mental, dan spiritual melalui makan makanan sehat, bergizi, dan menu seimbang setiap hari). Program ini dilaksanakan rutin setiap hari, adapun tata cara pelaksanaannya sebagai berikut:
a.    Setiap siswa wajib membawa makanan jadi dari rumah, dan dilengkapi dengan camilan (puding/buah segar dan atau sejenisnya). Untuk menu makanan agar bervariasi setiap hari dengan memperhatikan asupan menu sehat dan gizi seimbang.
b.   Setiap wali kelas dan atau guru yang mengajar pada jam ke 4 (jam istirahat pertama) wajib mendampingi siswa untuk makan bersama di kelas, dengan ketentuan semua buku dirapikan dan di atas meja hanya ada kotak makan yang telah di bawa oleh masing-masing siswa.
c.    Sebelum makan, siswa diajak melaksanakan doa bersama sebagai rasa syukur atas berkat dan karunia Tuhan serta mengucapkan terima kasih kepada ibunda yang telah mempersipakan segala keperluannya.
d.   Makan bersama dengan durasi waktu selama kurang lebih 15 menit.
e.    Setelah makan, siswa diajak merapikan kembali meja dan kotak makannya, selanjutnya siswa wajib meninggalkan ruang kelas untuk beristirahat (bermain di halaman dan atau membaca buku di perpustakaan sekolah).
f.     Pada saat jam istirahat ke dua, siswa diwajibkan secara bersama-sama untuk menikmati camilan (puding/buah dan atau sejenisnya) dengan santai dan riang gembira penuh canda dan tawa.
5.5  Program PECIL (Peduli dan Cinta Lingkungan) yaitu program yang bertujuan untuk melatih TANGGUNGJAWAB (menanamkan sikap tanggungjawab dalam menjaga kebersihan lingkungan (keep clean)), MENCINTAI (menumbuhkan kesadaran siswa untuk merawat serta melestarikan lingkungan baik di sekolah, di rumah, dan lingkungan tempat tinggal (go green)), dan BERSIH (membiasakan siswa untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan sebagai cerminan kepribadian diri dengan cara membuang sampah pada tempatnya dan mengupayakan 3 R (reduce, recycle, reuse). Program ini dilaksanakan rutin setiap hari, adapun tata cara pelaksanaannya sebagai berikut:
a.    Setiap hari guru dan siswa wajib untuk merawat lingkungan sekolah (memperhatikan tanaman dan menyiram tanaman yang layu)
b.   Setiap hari guru dan siswa wajib untuk saling mengingatkan satu sama lainnya, agar membuang sampah pada tempatnya sehingga terjadi kerjasama multi arah yang bersifat meluas hingga ke masyrakat.
c.    Setiap hari guru dan siswa membiasakan pola hidup sehat dengan cara selalu menjaga kebersihan lingkungan baik di dalam kelas, di luar kelas, di rumah, dan di masyarakat.
5.6  Program GEMPES (Gemar Menabung dan Peduli Sesama), yaitu sebuah program untuk menumbuhkan sikap HEMAT (membiasakan siswa untuk belajar berhemat dengan cara menyisihkan uang saku untuk di tabung), MENABUNG (memperkenalkan kepada siswa sedini mungkin tentang proses menabung dan memberikan rangsangan untuk dijadikan motivasi), HARAPAN (memberikan ruang dan ide selama satu tahun dan atau lebih kepada siswa untuk mereka berekspresi dan bercita-cita untuk memperoleh barang/benda kesukaannya), dan PEDULI (menumbuhkan sikap simpati dan empati kepada sesama yang kurang beruntung, dengan cara turut serta memberikan bantuan sesuai kemampuan). Program ini dilaksanakan rutin setiap hari, adapun tata cara pelaksanaannya sebagai berikut:
a.    Siswa menabung dengan besaran minimal Rp.1.000.00,- dan atau lebih sesuai keinginan mereka (boleh menabung setiap hari) dan dicatat pada buku tabungan masing-masing.
b.   Tabungan siswa dikumpulkan oleh koordinator kelas atau guru kelas sesuai catatan dalam tabungan dan disimpan dengan baik dan aman selama seminggu, setelah seminggu terkumpul dilanjutkan penyetoran ke bank, demikian untuk minggu selanjutnya.
c.    Tabungan siswa dibuatkan rekening SIMPEL di Bank BPD Bali cabang Unud (atas nama siswa sendiri) dengan cara melengkapi dan mengembalikan form yang dibagikan kepada masing-masing guru kelas atas persetujuan orang tua.
d.   Jumlah tabungan terbanyak akan diberikan reward oleh pihak Bank BPD Bali cabang UNUD.
e.    Untuk dana Peduli Sesama, setiap minggu (pada hari Jumat di jam pramuka) siswa menyisihkan uang sakunya dengan cara menyumbang secara sukarela di kotak yang telah disiapkan.
Adapun Visi, Misi, dan Tujuan SD Bali Public School yaitu Unggul dalam Sradha (Iman), Bhakti (Taqwa) Berdasarkan Budi Pekerti Luhur, Memahami Iptek, Berprestasi dan Berwawasan Budaya Neohumanisme”
Indikator VISI
1.        Unggul dalam aktivitas Spiritual.
2.        Unggul dalam disiplin dan moral.
3.        Unggul dalam prestasi Akademik.
4.        Unggul dalam berkomunikasi aktif dalam bahasa Indonesia, bahasa Bali, dan bahasa Inggris.
5.        Unggul dalam minat membaca.
6.        Unggul dalam penerapan penggunaan teknologi dan informasi.
7.        Unggul dalam prestasi olah raga.
8.        Unggul dalam prestasi kesenian dan keterampilan.
9.        Unggul dalam kepekaan sosial.
10.    Unggul dalam semangat kebangsaan dan cinta tanah air.
MISI SD Bali Public School
1.      Menumbuhkembangkan potensi setiap anak secara maksimal dalam semua  aspek; fisik, mental, dan spiritual (humanisme).
2.      Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif.
3.      Menumbuhkan keberanian para siswa untuk berkomunikasi secara aktif dengan  menggunakan bahasa Bali dan bahasa Inggris.
4.      Memotivasi siswa dengan sumber-sumber bacaan yang memadai dan bervariasi.
5.      Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh siswa dengan memotivasi dalam bentuk penghargaan.
6.      Meningkatkan kedisiplinan dan budi pekerti melalui pengawasan dan pemberian pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti di kelas maupun terintegrasi di setiap mata pelajaran.
7.      Mengembangkan budaya kompetitif bagi siswa dalam upaya peningkatan pemanfaatan Lab. Komputer.
8.      Menyelenggarakan pelatihan dan bimbingan secara intensif melalui berbagai kegiatan Akademis dalam club MIPA dan Bahasa Inggris.
9.      Menyelenggarakan pelatihan dan bimbingan secara intensif melalui berbagai kegiatan ekstrakurikuler di bidang olahraga.
10.  Melestarikan dan mengembangkan seni budaya bangsa melalui berbagai ekstra kurikuler di bidang seni.
11.  Menumbuhkan semangat kebangsaan melalui kegiatan kebangsaan seperti Upacara bendera, lomba menyanyikan lagu wajib Nasional, menggambar wajah pahlawan, dan lain-lain.
12.  Menumbuhkembangkan rasa cinta terhadap budaya daerah dan budaya nusantara melalui berbagai macam bentuk kegiatan aktualisasi diri di sekolah.

Tujuan SD Bali Public School
             1.     Meletakkan dasar kecerdasan bagi peserta didik.
             2.     Meletakkan dasar kepribadian dan akhlak mulia.
             3.     Membentuk manusia yang kuat, sehat jasmani, dan rohani.
             4.     Mempersiapkan siswa agar memiliki dasar–dasar pengetahuan kemampuan dan keterampilan untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.
             5.     Mengenal dan mencintai bangsa, masyarakat dan budaya khususnya tempat di mana siswa/sekolah berada (ikut dan turut serta mengajegkan budaya Bali)
             6.     Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, bahasa Bali, dan bahasa Inggris.
             7.     Membentuk siswa kreatif, inovatif, kompetitif, dan terampil sehingga dapat mengembangkan diri secara terus menerus.
Sesuai dengan Visi, Misi, dan Tujuan SD Bali Public School yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kultur sekolah, maka pandangan tersebut diwajantahkan dalam bentuk tari Ganesa Wardhana sebagai wujud estetika yang dibalut nilai Satyam, Sivam, Sundaram yang merupakan wujud dari visi, misi, dan tujuan pendidikan di SD Bali Public School itu sendiri yakni pendidikan Neo-humanisme yakni menjadikan manusia yang sebenar-benarnya manusia atau dengan kata lain pendidikan untuk memanusiakan manusia secara fisik, mental, dan spiritual.

3.3    Satyam, Sivam, Sundaram dalam Pementasan Tarian Ganesha Waradhana
Satyam adalah kebenaran, Sivam yakni kesucian, Sundaram ialah keindahan. Meramu dalam komposisi yang tepat untuk mewujudkan Satyam, Sivam, Sundaram, dalam kebiasaan sehari-hari hidup di lingkungan sekolah sangatlah perlu diusahakan. Usaha untuk mewujudkan kebenaran, kesucian, serta keindahan itu sangat berguna bagi stakeholder pendidikan secara keseluruhan. Berpikir, berucap, dan berbuat yang baik dalam mengusahakan mencapai kebenaran, kesucian, maupun keindahan ini menjadikan suatu seni dalam gaya hidup kebiasaan sehari-hari. Semua itu tak perlulah harus dalam kemewahan dan kemegahan dalam mengejar prestise materi duniawi. Kesadaran, kesederhanaan yang dilandasi kerendahan hati dalam meredam ego diri itulah yang selalu mesti diusahakan bagi diri sendiri maupun dengan orang lain. Semoga Satyam Sivam Sundaram selalu melandasi setiap aspek-aspek kehidupan yang nantinya akan selalu memberikan makna kehidupan yang harmonis di lingkungan tempat anak-anak hidup.
1.        Konsep Satyam
Konsep satyam dalam pandangan Agama Hindu tiada lain adalah konsep ajaran tattwa (filsafat) tentang sumber kebenaran sesuatu yang bersumber dari kitab suci Veda ataupun sastra-sastra suci seperti lontar dan/atau sumber-sumber lain yang kebenarannya dapat dipertanggung jawabkan. Mengenai sumber tattwa atau filsafat dari pementasan tari Ganesa Wardhana ini adalah adanya ritual sebelum melakukan pementasan, hal ini dapat didasarkan dari beberapa sloka-sloka dalam beberapa Kitab suci, dimana adanya kebebasan dalam pandangan dan cara dalam melakukan pendekatan diri kepada Tuhan, menurut Mānava Dharmaśāstra VII.10 disebutkan sebagai berikut :
karyam so’vekso saktimca,
desa-kala-ca tatvatah,
kurute dharmassddhiyartham,
viswarupam punah-punah.

Terjemahannya:
Menyukseskan tujuan dharma hendaknya dijalankan dengan lima pertimbangan : iksa (Tujuan), sakti (kemampuan), desa (aturan setempat) dan kala (waktu) dan tidak boleh bertentangan dengan tattwa/kebenaran (Pudja 1977:113).

Sloka di atas menegaskan bahwa didalam mempraktekan aturan dan ajaran dharma (agama) hendaknya dilaksanakan dengan landasan konsepsinya universal, namun aplikasinya haruslah menurut kondisi kontektual berdasarkan : Iksa (Tujuan), Sakti (kemampuan), Desa (wilayah), Kala (waktu, perkembangan jaman), Tatva (sastra dan keadaan), untuk menyukseskan tujuan dharma dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini merupakan sebuah jawaban mengapa dalam hal pementasan tarian Ganesa Waradhana di SD Bali Public School ini mengunakan cara, sarana, dan setiap gerakan dalam tarian tersebut selalu berbeda-beda serta meyesuaikan dengan konsep dan kultur sekolah.
2.    Konsep  Sivam
Konsep Sivam dalam pementasan tarian Ganesha Wardhana mengandung pengertian  kesucian atau unsur etika seni. Pada dasarnya setiap kegiatan yang dilaksanakan dalam Agama Hindu pasti memiliki landasan pelaksanaan kegiatannya atau yang lebih dikenal dengan etika. Begitu juga dalam setiap pelaksanaan atau pementasan sebuah ajaran seni.
Konsep Sivam berikutnya yang harus diperhatikan dalam pementasan tarian Ganesha Waradhana adalah kualitas kesucian para penarinya, baik dari segi fisik, mental, dan spiritualnya. Ditinjau dari segi fisik, atau etika maka para penari wajib masih berusia anak-anak dan maksimal duduk di kelas 5. Hal ini dibutuhkan agar masih benar-benar brahmacari dan sesuai dengan konsep menuntut ilmu sejak usia dini karena dasar pelaksanaanya mengacu pada kisah sri Ganesha itu sendiri. Dari segi mental, para penari sangat percaya diri dan antusias dalam mebawakan tarian dimaksud. Dan dari sisi spiritual bahwa anak-anak yang menarikan sangat khsuk dan benar-benar menjiwai sifat-sifat sri ganesha itu sendiri. Sehingga bisa diaplikasikan dalam kehidupannya sehar-hari baik disekolah maupun dilingkungan keluarga.
Berdasarkan beberapa pemaparan di atas maka dapat dipahami, bahwa dalam proses pembuatan koreo hingga pementasan tarian Ganesha Wardahan, konsep Sivam atau kesucian, baik itu secara nyata (skala) maupun niskala dilakukan. Berikut ini ada beberapa landasan etika dalam proses awal hingga pementasan tarian dimaksud antara lain:
1.    Memiliki rasa ikhlas dan rasa bhakti kehadapan Sang Hyang Widhi;
2.    Pada waktu akan memulai pentas, para penari membersihkan diri terlebih dahulu atau menyucikan laksana agar tingkat dan kesucian makna sri ganesha itu sendiri dapat dipertahankan;
3.    Pada saat mulai melangah ke kalangan pementasan, harus dalam keaadaan rapi, terutama khiasan dan aksesoris ganesha.
4.    Proses permakluman dan penyucian secara niskala, yakni dengan menghaturkan banten taksu sesuai kemampuan seraya memohon kepada Hyang Widhi agara tarian bisa metaksu.
3.    Konsep Sundaram
Konsep Sundaram tiada lain merupakan unsur atau nilai keindahan (estetika) dari kreativitas manusia baik sengaja atau tidak, yang pada prinsipnya adalah untuk memenuhi kepuasan bathin atau rohani (lango) bagi pembuat karya itu sendiri dan bagi masyarakat penikmat. Kehidupan manusia dalam kesehariannya selalu memerlukan keindahan untuk memenuhi kepuasan bathinnya, baik yang diperoleh dari keindahan alami maupun keindahan karya manusia. Manusia tidak dapat dipisahkan dengan keindahan (estetika), karena keindahan sebagai penyeimbang logika manusia. Keindahan dan seni sebagai penghalus hidup manusia. Tanpa keindahan (estetika), hidup manusia akan terasa kaku dan kehilangan nilai rasa. Oleh karena itu kahadiran karya estetika sangat dibutuhkan manusia sebagai penghalus rasa dalam kehidupannya.
Demikian juga halnya dalam pementasan tari ganesha Waradhana yang merupakan hasil buatan manusia yang mengandung konsep sundaram atau nilai estetika. ”tari Ganesha Waradhana” memang bukan karya seni murni, karena tidak sengaja diciptakan untuk keperluan seni. Akan tetapi tanpa disadari tarian yang merupakan maskot pendidikan humanisme di SD Bali Public School ini memiliki keindahan (estetika) yang luar biasa. Tari Ganesha Waradahana sebagai maskot secara tidak langsung juga merupakan  sebuah persembahan yang ditujukan kepada Tuhan dalam manifestasinya sebagai Sri Ganesha. hendaknya membawa suasana bathin yang indah, senang, suci, kusyuk dan nyaman sehingga memudahkan berkonsentrasi dalam memuja atau memulikan Tuhan melalui gerak tarian. Karena itulah ”tari Ganesha Wardana” dapat dikatagorikan sebegai sebuah seni kria dan cipta yang dibuat dengan bentuk gerakan yang indah yang mampu menciptakan suasana senang, suci, kusyuk dan nyaman (lango) dalam pementasannya.

BAB IV
KESIMPULAN

3.1  Ganesa Waradhana adalah tarian yang diwujudkan dari hasil kreasi seni dan pemikiran untuk memadupadankan antara unsur-unsur olah jiwa, olah rasa, dan olah tubuh atau Yoga dalam bentuk kesatuan gerakan yang seimbang dan penuh makna. Dimana dalam arti katanya Ganesa yang berarti memiliki nasib baik atau keberuntungan baik, dan Waradhana yang berarti memiliki pengaruh dengan pancaran kasih kebijaksanaan dan keteguhan hati.
3.2  Sesuai dengan Visi, Misi, dan Tujuan SD Bali Public School yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kultur sekolah, maka pandangan tersebut diwajantahkan dalam bentuk tari Ganesa Wardhana sebagai wujud estetika yang dibalut nilai Satyam, Sivam, Sundaram yang merupakan wujud dari visi, misi, dan tujuan pendidikan di SD Bali Public School itu sendiri yakni pendidikan Neo-humanisme yakni menjadikan manusia yang sebenar-benarnya manusia atau dengan kata lain pendidikan untuk memanusiakan manusia secara fisik, mental, dan spiritual.
3.3  Satyam adalah kebenaran, Sivam yakni kesucian, Sundaram ialah keindahan. Meramu dalam komposisi yang tepat untuk mewujudkan Satyam, Sivam, Sundaram, dalam kebiasaan sehari-hari hidup di lingkungan sekolah sangatlah perlu diusahakan.
3.3.1 Tarian Ganesa Waradhana di SD Bali Public School ini mengunakan cara, sarana, dan setiap gerakan dalam tarian tersebut selalu berbeda-beda serta meyesuaikan dengan konsep dan kultur sekolah. Dalam hal ini kebenaran dari semua aspek baik skala dan niskala tetap terjaga.
3.3.2  Konsep Sivam berikutnya yang harus diperhatikan dalam pementasan tarian Ganesha Waradhana adalah kualitas kesucian para penarinya, baik dari segi fisik, mental, dan spiritualnya. Ditinjau dari segi fisik, atau etika maka para penari wajib masih berusia anak-anak dan maksimal duduk di kelas 5. Hal ini dibutuhkan agar masih benar-benar brahmacari dan sesuai dengan konsep menuntut ilmu sejak usia dini karena dasar pelaksanaanya mengacu pada kisah sri Ganesha itu sendiri. Dari segi mental, para penari sangat percaya diri dan antusias dalam mebawakan tarian dimaksud. Dan dari sisi spiritual bahwa anak-anak yang menarikan sangat khsuk dan benar-benar menjiwai sifat-sifat sri ganesha itu sendiri. Sehingga bisa diaplikasikan dalam kehidupannya sehar-hari baik disekolah maupun dilingkungan keluarga.
3.3.3  Konsep Sundaram tiada lain merupakan unsur atau nilai keindahan (estetika) dari kreativitas manusia baik sengaja atau tidak, yang pada prinsipnya adalah untuk memenuhi kepuasan bathin atau rohani (lango) bagi pembuat karya itu sendiri dan bagi masyarakat penikmat. Demikian juga halnya dalam pementasan tari ganesha Waradhana yang merupakan hasil buatan manusia yang mengandung konsep sundaram atau nilai estetika. ”tari Ganesha Waradhana” memang bukan karya seni murni, karena tidak sengaja diciptakan untuk keperluan seni. Akan tetapi tanpa disadari tarian yang merupakan maskot pendidikan humanisme di SD Bali Public School ini memiliki keindahan (estetika) yang luar biasa.


DAFTAR PUSTAKA

Aryasa, I Wayan Madra. 1996. Seni Sakral. Jakarta: Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Hindu dan Budha.

Bandem, I Made. 1996. Tari Bali. Yogyakarta: Kanisius.

Hartoko. Dick. 1994. Manusia dan Seni. Yogyakarta: Kanisius.

Jalaluddin. 2010. Psikologi Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Koentjaraningrat. 1997. Pengantar Antropologi Pokok-Pokok Etnografi II. Jakarta  Rineka Cipta.

Parmajaya, I Putu Gede. 2007. Seni Sakral. Denpasar: Fakultas Dharma Acarya Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar.

Bagus, I G N. 2002. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia(Kebudayaan Bali). Koentjaraningrat (Ed). Jakarta: Penerbit Djambatan.

Bandem I Made dan Nyoman Rembang. 1976. Perkembangan Topeng Bali Sebagai Seni

Pertunjukan. Denpasar: Proyek Pengalian, Binaan dan Pengembangan Seni Klasik Tradisional dan Baru.

Daniel, T (Ed), 1993. Rahasia Pembangunan Bali. Jakarta : Harian Umum Suara Karya dan Cita Budaya.

Djelantik, AAM. 2004. Estetika Sebuah Pengantar. Bandung : Diterbitkan oleh Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Ginarsa. K . 1977. Gambar Lambang. Denpasar: Proyek Sasana Budaya Bali.

Kanta, I M. 1977. Proses Melukis Tradisional Wayang Kamasan. Denpasar : Sasana Budaya Bali.

Kartika S, D dan Nanang Ganda Perwira. 2004. Pengantar Estetika. Bandung: Penerbit Rekayasa Sains

Puja, I G. 1984. Agama Hindu. Jakarta: Mayasari.
Sedyawati Edi. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta : Penerbit Sinar Harapan.

Soedarso. SP. 1990. Tinjauan Seni sebuah Pengantar untuk Apresiasi Seni. Yogyakarta : Saku Dayar Sana.

Soedarsono, 1972. Djawa dan Bali dua Pusat Perkembangan Drama Tari Tradisional di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sumardjo, J. 2000. Filsafat Seni. Bandung: ITB Press.

Sunaryo, A. 1993. “Desain Dasar I”. Hand Out Jurusan Seni Rupa FBS IKIP Semarang.

Suparta, N, O. 1977. Panca Yadnya. Denpasar: Proyek Sasana Budaya Bali.

Surayin, I A P. 2004. Melangkah ke arah Persiapan Upakara-Upakara Yadnya. Surabaya: Penerbit Paramita.

Sutrisno, M. FX dan Verhaak Christ. 1993. Estetika Filsafat Keindahan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Titib, I M. 2003. Teologi & Simbol-Simbol dalam Agama Hindu. Surabaya: Paramita.

Yudha IBG (Ed). 2003. Estetika Hindu dan Pembangunan Bali (Simbol, Filsafat, Signifikansinya dalam Kesenian), Yudha IBG (Ed). Denpasar: Percetakan Mabhakti.


See more at:




Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEBERADAAN, PENGARUH DAN HUBUNGAN AGAMA HINDU DENGAN KONSEPSI ESTETIKA DI BALI

Take Home Landasan Pendidikan