UTS FILSAFAT ILMU



Nama                  : Komang Edi Putra
NIM                    : 16.1.2.5.2.0929
No Absen           : 17
Mata Kuliah      : Filsafat Ilmu
Jenjang               : S2 (Dharma Acharya)
Semester            : I (Ganjil)
Jenis Soal           : Take Home
 



Soal:
1.        Apa yang anda ketahui tentang Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi?

Jawab:
Yang saya ketahui tentang Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi adalah sebagai berikut :
a.      Ontologi
Ontologi adalah teori yang mempelajari tentang apa itu ilmu. Merupakan cabang ilmu filsafat yang membicarakan prinsip yang paling dasar atau paling dalam dari segala sesuatu yang ada. Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana (yang) “Ada” itu (being Sein, het zijn). Paham monisme yang terpecah menjadi idealisme atau spiritualisme, Paham dualisme, pluralisme dengan berbagai nuansanya, merupakan paham ontologik yang pada akhimya menentukan pendapat bahkan keyakinan kita masing masing mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang kita cari.
Aspek-aspek  keilmuan yang terdapat pada Ontologi, yaitu:
1.      Metodis, maksudnya menggunakan cara ilmiah
2.      sistematis, maksudnya saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam suatu keseluruhan
3.      Koheren, maksudnya unsur-unsurnya tidak boleh menjadi uraian yang bertentangan
4.      Rasional, maksudnya harus berdasarkan kaidah berpikir yang benar.
5.      Konprehensif, maksudnya logis
6.      Radikal, maksudnya diuraikan sampai akar persoalannya atau esensinya Universal.

b.     Epistemologi
Epistemologi adalah cabang filsafat yang berurusan dengan lingkup pengetahuan dan bagaimana cara mendapatkan ilmu. Epistemologi ilmu meliputi sumber, sarana, dan tata cara mengunakan sarana tersebut untuk mencapai pengetahuan (ilmiah). Perbedaan mengenal pilihan landasan ontologis akan dengan sendirinya mengakibatkan perbedaan dalam menentukan sarana yang akan kita pilih. Akal (Verstand), akal budi (Vernunft) pengalaman, atau komunikasi antara akal dan pengalaman, intuisi, merupakan sarana yang dimaksud dalam epistemologis, sehingga dikenal adanya model model epistemologis seperti: rasionalisme, empirisme, kritisisme atau rasionalisme kritis, positivisme, fenomenologis dengan berbagai variasinya. Ditunjukkan pula bagaimana kelebihan dan kelemahan sesuatu model epistemologis beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) itu seped teori koherensi, korespondesi, pragmatis, dan teori intersubjektif.

c.       Aksiologi
Aksiologi adalah teori tentang nilai. Ia membahas bagaimana ilmu pengetahuan itu digunakan dalam kehidupan sehari-hari dengan memperhatikan nilai-nilai etika dan estetika. Ilmu itu untuk apa dan untuk siapa?. Aksiologi menjawab untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan, bagaimana kaitan antara cara pengetahuan tersebut dengan kaidah-kaidah moral. Aksiologi llmu meliputi nilal nilal (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasansimbolik atau pun fisik material. Lebih dari itu nilai nilai juga ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai suatu conditio sine qua non yang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmu.


2.        Apa yang anda ketahui tentang kebenaran tentatif?. Berilah contoh seperlunya!

Jawab:
Ilmu bersifat tentatif maksudnya tetap dipertahankan sampai ada yang membantahnya atau ditemukannya ilmu yang baru. Pengetahuan itu harus benar, kalau tidak benar maka bukan pengetahuan tetapi kekeliruan atau kontradiksi. Pengetahuan merupakan hasil suatu proses atau pengalaman yang sadar. Pengetahuan (knowledge) merupakan terminology generic yang mencakup seluruh hal yang diketahui manusia. Dengan demikian pengetahuan adalah kemampuan manusia seperti perasaan, pikiran, pengalaman, pengamatan, dan intuisi yang mampu menangkap alam dan kehidupannya serta mengabstraksikannya untuk mencapai suatu tujuan. Terdapat 4 (empat) jenis pengetahuan, yaitu;
1.      Pengetahuan biasa (common sense) yang digunakan terutama untuk kehidupan sehari-hari, tanpa mengetahui seluk beluk yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya.
2.      Pengetahuan ilmiah atau Ilmu, adalah pengetahuan yang diperoleh dengan cara khusus, bukan hanya untuk digunakan saja tetapi ingin mengetahui lebih dalam dan luas mengetahui kebenarannya, tetapi masih berkisar pada pengalaman.
3.      Pengetahuan filsafat, adalah pengetahuan yang tidak mengenal batas, sehingga yang dicari adalah sebab-sebab yang paling dalam dan hakiki sampai diluar dan diatas pengalaman biasa.
4.      Pengetahuan agama, suatu pengetahuan yang hanya diperoleh dari wahyu Tuhan melalui para maha Rsi. Pengetahuan ini bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama.

Contoh dari kebenaran Tentatif berdasarkan ilmu yaitu:
Berdasarkan teori Geosentris pada zaman dahulu pusat alam semesta adalah bumi, matahari mengelilingi bumi (Geosentris). Berdasarkan teori Heliosentris setelah ditemukannya teropong (tekhnologi) ternyata sebaliknya Bumi yang mengelilingi Matahari. Dan Matahari dikatakan sebagai pusat dari tata surya, dan sampai sekarang belum ada yang membantah teori tersebut, maka gugurlah teori Geosentris. Jadi kebenaran itu bersifat Tentatif.

Contoh dari kebenaran Tentatif berdasarkan Agama yaitu:
Berdasarkan pada kitab suci Bhagavadgitta tempat persembahan Yajña Sesa  yaitu: Pada batu Pengulekan, Pada Sapu, Pada Pisau, Pada batu asah, Pada lesung/lumpang. Namun kini seiring berkembangnya pengetahuan dan pemahaman agama masyarakat Hindu Bali,  Yajña Sesa tidak hanya dipersembahkan pada batu Pengulekan, Pada Sapu, Pada Pisau, Pada batu asah, Pada lesung/lumpang tetapi juga dipersembahkan pada pelangkiran, halaman, pintu masuk, dan tempat-tempat suci yang ada di rumah masing-masing.


3.        Bagaimana anda berpikir secara kefilsafatan tentang fenomena sosial keagamaan hindu yang ada disekitar anda, dengan mengambil salah satu contoh kehidupan sosial keagamaan yang ada disekitar anda secara kritis?

Jawab:
Tantangan dan masa depan ilmu yang dimulai dari cara pandang kekhawatiran akan kemajuan ilmu dan krisis kemanusian. Kemajuan dan pesatnya ilmu serta pemnafaatan teknologi cangih yang tidak tepat sasaran menjadi kekhawatiran tersendiri terhadap keberlangsungan hidup dan kehidupan manusia. Krisis kemanusian tidak hanya terjadi akibat teknologi semata, melainkan pemahaman akan konsep ideologi, dan gagasan yang tidak utuh terhadap suatu hal. Gerakan emensipasi yang mendorong wanita sebagai pekerja dan dipersamakan dengan laki-laki, sehingga disisi lain ada lelaki yang susah mendapatkan pekerjaan dan hal ini memicu terjadinya degradasi moral dan tindak kriminal. tentang bahaya pemanfaatan teknologi yang tidak tepat guna, dan bahkan disalahgunakan untuk memenuhi egoisme individu atau kelompok tertentu. Penyadaran terhadap bahaya penyalahgunaan dan pemamfaatan ilmu bagi keberlangsungan hidup manusia dan kemanusiannya sangat perlu untuk dikumandangkan, terutama kepada penguasa yang memiliki otoritas dalam mengambil kebijakan.  Etika global sangat perlu dirumuskan secara bersama-sama karena dampak dari krisis penyalahgunaan pemamfaatan teknologi akan berpengaruh terhadap kehidupan di dunia.

Fenomena sosial keagamaan hindu yang saya coba kemukakan, dengan mengambil salah satu contoh kehidupan sosial keagamaan yang ada disekitar saya yakni terkait permasalahan agama yang saya fokuskan pada konsep ajaran Tri Hita Karana.
1.      Tinjauan Pada Aspek Hubungan Manusia Dengan Sang Hyang Widhi (Parahyangan).
Masyarakat Hindu di Bali banyak yang melaksanakan ajaran Agama dengan mengutamakan pada ritual/upacara, itupun tanpa pengertian yang cukup. Sedikit yang mendalami tattwa dan susila agama, sehingga tidak menyadari garis kesadaran dharma dan adharma. Jika dipikir lebih jauh, sebenarnya kehidupan beragama umat Hindu di Bali tidak ada yang membimbing. Para pemimpin umat yaitu para Sulinggih kebanyakan giat muput-muput upacara yadnya saja, sedikit yang mau memberi perhatian pada pencerahan agama dan membantu memecahkan masalah-masalah kehidupan yang berkembang di masyarakat. Di samping itu umat Hindu di Bali makin terbelit oleh dampak negatif dari globalisasi dunia. Karena pengaruh materialisme, tidak sedikit terjadi kasus-kasus pelecehan nilai-nilai agama misalnya penyalahgunaan simbol-simbol suci agama Hindu, desakralisasi ritual, penghancuran sistim kultur Hindu-Bali, dan komersialisasi aspek-aspek keagamaan. Begitulah, dewasa ini sudah biasa dilihat pementasan tari-tarian sakral untuk konsumsi wisatawan, upacara ritual yang dikontrakkan hak siarnya pada perusahaan TV, dan pembangunan objek wisata di dekat pura yang suci, dan lain-lain lagi. Umat yang terjebak melaksanakan ajaran agama hanya pada kegiatan ritual atau upacara-upacara Panca Yadnya saja sering menjadi objek oleh “pemimpin umatnya” karena diharuskan mengeluarkan biaya tinggi untuk sarana upacara, dan berbagai kegiatan upacara yang diada-adakan.
2.      Tinjauan Pada Aspek Hubungan Manusia Dengan Manusia (Pawongan)
Sebagai akibat kurangnya kesadaran tattwa kedharmaan bagi sebagian besar umat Hindu di Bali maka kehidupan harmonis antar umat Hindu semakin luntur. Nilai-nilai hubungan kemanusiaan sudah didasarkan pada kepentingan materi dan balas jasa. Tattwa-tattwa yang mulia seperti paras-paros, salunglung sabayantaka, saling asah saling asuh dan saling asih hanya sebagai selogan yang muluk-muluk yang digunakan untuk menunjukkan status sosial. Umat Hindu di Bali makin jelas menonjolkan kepentingan-kepentingan yang bersifat inidivualistis baik bagi dirinya sendiri maupun bagi kelompoknya. Sifat-sifat mengumbar sad-ripu dan berbagai perilaku manusia yang tercela dapat dilihat pada kejadian sehari-hari yang meliput tidak hanya rakyat biasa, bahkan juga di kalangan pemimpin pemerintahan dan pemimpin umat Hindu. Banyak yang berdalih sebagai sudah zamannya demikian, seperti takdir tibanya jaman Kali.
3.      Tinjauan Pada Aspek Hubungan Manusia Dengan Alam (Palemahan).
Sang Hyang Widhi menciptakan manusia sebagai mahluk utama yang mempunyai Tri Pramana yaitu Sabda, Bayu, dan Idep. Karena memiliki idep ini manusia dapat mencapai kesejahteraan dan sekaligus juga karena idep manusia akan menuju kemusnahan. Kemusnahan umat manusia akan terjadi bila alam sudah tidak lagi mendukung kehidupan manusia. Dewasa ini Pemerintah dan umat Hindu di Bali makin tidak memperhatikan keharmonisan hubungan manusia dengan alam. Penebangan hutan, pemanfaatan bukit-gunung-lembah-laut untuk real estate, objek wisata, penambangan, dan pembuangan sampah sudah memporak-porandakan kelestarian alam, menimbulkan kekeringan di musim kemarau, banjir di musim hujan, dan penyebaran berbagai penyakit. Upacara-upacara besar yang dilakukan untuk menjaga kelestarian alam seperti wana kertih, pecaruan, dan ngusaba, tidak akan berhasil jika tidak disertai dengan perubahan perilaku manusia yang rajin merusak alam. Di samping itu pertambahan jumlah penduduk yang berjejal di pulau Bali yang sempit ini telah menyebabkan pengikisan area persawahan, perkebunan, hutan, danau, dan laut. Ironisnya pertambahan penduduk di Bali lebih banyak karena migrasi, bukan karena kelahiran.



4.        Sikap seorang ilmuan harus netral terkait dengan epistimologis dan aksiologis, apa yang dimaksud dengan hal ini?, sertai contoh seperlunya!

Jawab:
Ilmu bersifat netral pada ontologi dan epistemologi. Sedangkan ilmu bersifat tidak netral pada aksiologi. Karena pada saat ilmu itu diciptakan dengan tujuan yang baik bagi manusia untuk melangsungkan kehidupannya tetapi penggunaannya tidak sesuai dengan norma-norma yang ada (Estetika dan etika).
Senjata nuklir diciptakan dengan tujuan yang baik, kenyataannya ada yang menyalahgunakan nuklir itu sehingga merugikan manusia. Penemuan bom atom yang merupakan kemajuan ilmu pengetahuan malahan merugikan manusia. Formalin biasanya digunakan untuk mengawetkan mayat, pada kenyataannya Formalin digunakan dalam pembuatan  tahu dan bakso yang jelas merugikan kesehatan manusia.

Terkait dengan sikap seorang ilmuan harus netral terkait dengan epistimologis dan aksiologis. Maka pandangan saya adalah, seorang ilmuan harus mengatakan fakta-fakta yang sebenarnya atas kajiannya terkait suatu permasalahan secara utuh dan menyeluruh tanpa ada memihak dan harus terlepas dari sesuatu kepentingan apapun. Contoh yang bisa saya sampaikan adalah mengenai Rencana Reklamasi Tanjung Benoa. Dalam perspektif kebenaran agama secara epistimologis dalam konsep Tri Hita Karana bahwa Tanjung Benoa sudah tidak layak untuk direklamasi, karena bertentangan dengan konsep dalam hal menjaga keharmonisan hubungan antara manusia dengan alam (Palemahan) di Bali. Tanjung Benoa selain terkait dengan tingkat kesucian (sad kertih) yang diyakini oleh umat Hindu di Bali juga merupakan pertemuan (campuhan) yang tingkat kesuciannya secara sakral tidak diragukan lagi. Dalam persefektif lain khususnya terkait pada aspek perkembangan ekonomi masyarakat di Bali khususnya perkembangan pariwisata budaya bahwa kemajuan melalui pembangunan proyek Reklamasi Tanjung Benoa dapat memberikan peluang tenaga kerja, kesempatan sosialisasi dunia, pertukaran barang budaya dan yang lainnya. Namum jika dilihat kelemahannya maka alam akan dikorbankan. Saya mencoba mempergunakan dua perspektif yang berusaha masuk menganalisis segala kepentingan dan dasar pertimbangan baik di pihak yang mendukung (pro Reklamasi) maupun yang menolak Reklamasi, karena sebagai akademisi ilmuan harus sifatnya netral dalam perspektif filsafat. Dan menyerahkan sepenuhnya bagi pemegang kekuasaan dan pemangku kepentingan untuk menyikapinya lebih jauh. Apakah reklamasi diteruskan atau tidak itu tergantung kecendrungan pemimpin kita yang mau mengutamakan persefektif dari sudut pandang Agama dan Alam atau hanya kepentingan Material semata yang bersifat tentatif dan tidak kekal untuk selama-lamanya.


5.        Ilmu tanpa agama buta, agama tanpa ilmu tumpul. Apa yang dimaksudkan tentang hal ini dalam konteks pengembangan keilmuan? Berikan contoh dalam pengembangan keilmuan agama hindu!

Jawab:
Ilmu membatasi diri hanya kepada kejadian yang bersifat empiris, dengan obyek penelaahannya mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh panca indera manusia. Proses keilmuan adalah untuk memeras hakekat obyek empiris tertentu, untuk mendapatkan dari yang berupa pengetahuan mengenai obyek tersebut. Untuk mendapatkan pengetahuan ini, ilmu membuat beberapa asumsi mengenai obyek-obyek empiris. Agama adalah ketaatan, shadana dan segala sesuatu yang menjadi suatu peribadatan. Ilmu adalah mengetahui petunjuk-petunjuk dan dalil-dalilnya. Ilmu bertujuan untuk mendapatkan kebenaran, salah satu cara untuk menemukan suatu kebenaran adalah melalui agama. Jadi ilmu dan agama kedua-duanya bertujuan untuk mendapatkan kebenaran.

Dalam pengembangan keilmuan agama hindu, misalnya untuk memperbaiki keadaan atau peradaban umat Hindu dan menyempurnakan peraturan-peraturan Tuhan yang diwahyukan melalui para maha Rsi, yang terdapat dalam kitab Sruti dan Smerti. Maka disusunlah pengkodifikasian kitab suci Veda, sehingga lebih mudah untuk dipahami oleh masyarakat. Tujuan agama Hindu adalah untuk mencapai kesempurnaan manusia yaitu, Mokhsartam Jagadhita ya ca iti Dharma, sebab dalam ajaran agama Hindu Ilmu akan mencerminkan kesempurnaan agama. Dengan Ilmu maka penjelasan tentang agama akan lebih mudah dipahami oleh masayarakat, dan seseorang yang telah mengetahui agama akan menerapkan ilmunya dengan arif dan bijaksana. Itulah mengapa sangat tepat pandangan bahwa Ilmu tanpa agama buta, agama tanpa ilmu tumpul.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEBERADAAN, PENGARUH DAN HUBUNGAN AGAMA HINDU DENGAN KONSEPSI ESTETIKA DI BALI

KISI-KISI SOAL UJIAN PEMANTAPAN AGAMA HINDU